I Nyoman Nuarta, Sosok Pelopor Gerakan Seni Rupa Baru

I Nyoman Nuarta, Sosok Pelopor Gerakan Seni Rupa Baru
I Nyoman Nuarta: 100 Enterpreneur Ganesha

Bitreadpedia--Bagi yang sering melewati persimpangan jalan MH Thamrin dan Jalan Merdeka di Jakarta, pasti sudah tidak asing bila menemukan monumen berupa patung kereta kuda dan air mancur yang terbuat dari tembaga.

Patung yang didirikan pada tahun 1987 ini dinamakan Patung Arjuna Wihaha atau Patung Astra Brata.

Patung ini menggambarkan dalam sebuah kisah klasik dunia perwayangan, di mana dua tokoh dari kubu Pandawa yakni Arjuna dan Kresna digambarkan sedang menghadapi tokoh Kurawa Adiparti Karna, dalam perang Mahabrata.

Sosok dibalik pembangunan monumen bersejarah ini adalah pematung asal Bali, yakni I Nyoman Nuarta. Patung Arjuna Wihaha merupakan satu dari sekian banyak karya momumental sang maestro.

Contoh karya-karya lainnya antara lain, Patung Devi Zalim yang ada di NuArt Scupture Park di Bandung, Patung Kuyakin Sampai disana yang ada di Musium Jakarta, dan yang terbaru adalah Patung Garuda Wisnu Kencana yang terletak di Bali dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Patung Garuda Wisnu Kencana: Kolase Berbagai Sumber
Patung Garuda Wisnu Kencana: Kolase Berbagai Sumber

Tentu tidak sembarang seniman yang dipercaya untuk membangun patung di lokasi-lokasi yang strategis di Indonesia, dan memang I Nyoman Nuarta, bukanlah seorang seniman biasa.

Beliau disebut-sebut sebagai sang Maestro Pematung, yang dari tangannya, telah lahir berbagai macam karyakarya fenomenal yang memiliki arti dan nilai bersejarah, serta mewakili kepribadian serta identitas bangsa Indonesia.

I Nyoman Nuarta, dilahirkan di Tabanan Bali, 14 November 1951, ia merupakan putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjaja dan Samudra.

Nuarta dibesarkan di lingkungan keluarga yang cukup terkenal di kotanya. Adalah Sosok Ketut Dharma Susila, yang merupakan guru seni rupa yang kemudian memberikan pengaruh besar dalam menumbuhkan dan mengasah jiwa seninya sehingga menjadi passion yang kemudian mempengaruhi catatan gemilang karir serta pencapaiannya di masa depan.

Setelah lulus SMA, Nuarta kemudian melanjutkan pendidikannya ke Institut Teknologi Bandung Jurusan Seni Rupa tahun 1972. Pada Awal masa-masa kuliahnya, Nuarta lebih tertarik dalam bidang seni lukis serta lebih memilih mengambil jurusan seni lukis di ITB.

Namun setelah setelah mengikuti perkuliahan selama dua tahun, ia merasa bakat dan minatnya sebenarnya mengarah ke seni patung, sehingga kemudian ia pun memilih berpindah ke seni patung.

Pilihan ini kemudian terbukti menjadi pilihan yang jitu, karena pada tahun 1979, ia kemudian memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia, sebuah presetasi yang akan membawanya menjadi seniman tenar serta melahirkan berbagai ratusan karya monumental lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Semenjak masih kuliah di ITB, Bersama rekan-rekannya seperti pelukis Hardi, Dede Eri Supria, Harsono, dan kritikus seni Jim Supangkat, Nyoman Nuarta tergabung dalam Gerakan Seni Rupa Indonesia tahun 1977.

Gerakan Seni Rupa Baru

Gerakan ini di kemudian hari nanti menjadi salah satu tonggak penting perkembangan seni rupa di Indonesia. Nuarta Nyoman sendiri mendeklarasikan Gerakan Seni Rupa Baru sebagai bentuk protes terhadap kejumudan seni, saat itu aliran realisme yang ia tekuni belum poluler.

Idelisme I Nyoman tentang aliran seninya ini sempat membuatnya kesulitan saat kuliah serta perlu perjuangan dan konsistensi terus menerus agar alirannya pada akhirnya bisa diterima oleh masyarakat luas.

Kerja kerasnya dalam mengenalkan mazhab seninya pada akhirnya berbuah manis, karena saat ini alirannya dikenal sebagai awal mula seni rupa kontemporer di Indonesia, yang sebelumnya selalu mengacu ke barat. 

Bagi I Nyoman, patung-patung hasil karyanya adalah seni yang menggambarkan identitas bangsa. Contohnya adalah patung Garuda Wisnu Kencana di unggaran Bali, yang dalam pembangunannya harus menghadapi perjuangan yang sangat panjang.

Bagaimana tidak, pembangunannya yang dimulai tahun 1990, harus dihentikan tahun 1998 karena krisis moneter yang melanda Indonesia. Butuh puluhan tahun hingga pada akhirnya selesai dibuat dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018.

Melalui patung GWK yang memiliki berat 3000 ton ini, Nyoman Nuarta ingin mewujudkan bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, rintangan yang menerpa, serta berbagai hujan kritik, bangsa Indonesia mampu menciptakan sebuah karya seni yang diakui dunia.

Selain membuat patung dan monumen, Nyoman Nuarta juga dipercaya untuk membuat trofi untuk beberapa kejuaraan olahraga. Beberapa karyanya antara lain:

  1. Piala Liga Dunhill 1994
  2. Championship Trophy National Basketball League (NBL) untuk musim 2011-2012

Baginya trofi-trofi ini merefleksikan bahwa prestasi merupakan hasil dari perjuangan tanpa lelah yang berhasil diraih oleh manusia. Kontribusi I Nyoman Nuarta sebagai pematung sudah memiliki pengakuan, tidak hanya dari pemerintah Indonesia, melainkan juga dari dunia internasional.

Ia bergabung dalam organisasi seni patung international diantaranya International Scupture Center, AS dan Royal British Sculpture Society dari London. Ia juga mendirikan NuArt Scupture Park di Bandung, sebuah wahana wisata yang berupa galery yang berisi karya-karyanya, Taman yang dibuka pertama kali pada tahun 2000, serta dikelola secara profesional.

Dengan pembangunan taman ini, Nyoman membuktikan bahwa dari bidang senirupa yang banyak dianggap sangat individual ternyata ia dapat membangun sebuah wahana wisata komersil yang dikelola sistem manajemen yang kompeten. 

Sumber: 100 Enterpreneur Ganesha

 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.