Kisah Sukses Agate Studio: Dari Hobi Hingga Menjadi Developer Game Nasional

Kisah Sukses Agate Studio: Dari Hobi Hingga Menjadi Developer Game Nasional

Potensi industri games di Indonesia sangatlah besar, berbanding lurus dengan jumlah gamers yangi mencapai 43 juta orang. Dari angka tersebut, bisa disimpulkan bahwa 14,5 persen dari 297,7 persen penduduk Indonesia adalah seorang gamers.

Dengan potensi pasar yang sedemikian besar, amat disayangkan bila hanya perusahaan developer asing yang mampu mengeruk keuntungan dari potensi market industri games di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa Arief Widhiyasa dan 17 rekannya di ITB mendirikan Agate Studio, sebuah perusahaan teknologi Informasi (IT) yang bergerak di bidang pengembangan game yang multiplatform (Web, Mobile, Video Games, PC).

Didirikan pada tahun 2009, kini Agate telah menjelma menjadi perusahaan games nasional terbesar di Indonesia. Agate telah memproduksi lebih dari 250 games di berbagai platform yang menjangkau semua segmen pemain.

Salah satu pendirinya, yakni Arief Widhiyasa atau lebih akrab disapa Arief, merupakan alumni Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Informatika angkatan 2005. Sejak kecil, Arief sudah memiliki kegemaran bermain games. Saking sukanya dengan games, sepertiga sampai setengah waktunya dihabiskan untuk bermain game. Hobi yang berubah menjadi ambisi inilah yang kemudian melatarbelakangi pria kelahiran Singaraja ini untuk membuat game sendiri.

Dari Hobi Jadi Rezeki 

Kesenangannya pada game kian meningkat saat ia menduduki bangku kuliah di ITB. Alasannya, ia menemukan teman-teman kuliahnya memiliki hobi yang sama dengannya. Hampir setiap minggu mereka berkumpul untuk bermain game, serta ikut di berbagai kompetisi game. Arif dan teman- temannya pun memiliki mimpi yang sama, yakni membuat game sendiri.

Impian tersebut sempat terganggu pada tahun 2009, ketika salah seorang teman mereka lulus kuliah. Selain itu, tekanan dari orang tua untuk cepat lulus dan mencari pekerjaan yang mapan semakin besar.

Arif yang saat itu masih menyimpan asa untuk mengembangkan game secara profesional, memutuskan untuk membangun developer sendiri. Ini merupakan asal muasal berdirinya Agate Studio. Perjuangan membesarkan Agate Studio tidak semudah membalikan telapak tangan. Di fase awal pembentukannya, para pendiri harus rela bekerja hingga 15 jam sehari. Namun perjuangann mereka yang berdarah-darah, tidak sejalan dengan pendapatan yang mereka raih.

Pengorbanan lain yang tidak kalah besar dilakukan oleh Arief, ia memiliih untuk tidak melanjutkan kuliahnya alias drop out demi membesarkan Agate. Namun, pengorbanan tersebut seakan menjadi bumbu pemanis, mengingat pencapaian yang berhasil diraih oleh Agate saat ini.

Proyek game pertama yang berhasil mereka kerjakan adalah Popporon, proyek ini mulai dikerjakan pada tahun 2008, ditujukan untuk konsol Xbo 360 yang berhasil dikerjakan dalam jangka waktu 1 bulan. Berikutnya Agate membuat 3 games pada April 2019 untuk Xbox, dengan modal awal berasal dari kocek 16 orang pendirinya. Modal ini kemudian dikembalikan dalam bentuk gaji sebesar 50.000/bulan, dan itupun baru bisa didapatkan enam bulan setelahnya.

Strategi awal Agate agar bisa bersaing adalah merilis produk game untuk pasar internasional. Alasannya, animo dan gairah pasar Indonesia saat itu masih minim. Perlahan tapi pasti, Agate mulai menunjukkan kiprahnya di dunia game. Hal tersebut ditandai dengan hits-nya game buatan Agate.

Salah satunya game berjudul “Ear Grey and This Rupert” yang dirilis secara global pada tahun 2010. Game ini memperoleh satu juta unduhan hanya dalam waktu satu minggu. Pada bulan Februari 2011, Agate berhasil meluncurkan aplikasi game online hits lainnya yang bertema sepak bola.

Game tersebut berjudul “Football Saga”, yang bisa dimainkan di Facebook, dan memiliki sekitar 10.000 pengguna aktif dari berbagai negara, seperti Inggris, Malaysia, Turki, Amerika Serikat, Italia, dan Kanada. Game ini kemudian dibuat sekuelnya, yakni “Football Saga 2”.

Pada tahun 2012, Lee Marvin yang merupakan lulusan S1 Manajemen Keuangan (2009) dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, mengunjungi Arif untuk sekadar mengobrol santai sebagai sesame alumnus ITB. Bincang-bincang tersebut kemudian berubah menjadi diskusi menarik mengenai games dan berbagai peluang bisnis.

Pada akhirnya, Arif menawari Lee Marvin untuk bergabung di Agate. Marvin sendiri memiliki berbagai pengalaman bisnis sejak berstatus mahasiswa di ITB, mulai dari Rotimu, usaha bakery yang membidik pasar mahasiswa, hingga Pulsa Ajaib, yang merupakan usaha penyedia gateway pembayaran bagi pemilik kios yang memungkinkan mereka menjual pulsa telepon, membayar listrik, dan memberi voucher games.

Pada tahun 2012, Marvin yang baru saja lulus dari ITB langsung dipercaya menjadi Manajer Produk, Manajer Keuangan, sekaligus Chief Financial Office, di Agate. Ia langsung memperoleh tanggung jawab menangani penjualan di bisnis line, melaporkan performa manajemen kepada CEO, membuat perencanaan bisnis, dan menangani bidang akuntansi danperpajakan. Duet maut Arief dan Marvin semakin memperkuat Agate.

Perusahaan ini semakin dikenal di kalangan developer dan publisher game ternama sehingga banyak dari mereka yang ingin bekerja sama dengan Agate, di antaranya Arc, Nitendo, dan Electronic Art. Selain itu, pun dipercaya untuk bekerja sama dengan berbagai klien dari perusahaan multinasional lainnya, seperti Ogawa, Microsoft, Fanta, Allianz, dan Pocari Sweat untuk mengembangkan game yang memanfaatkan augmented reality, simulasi, dan elemen berbentuk cerita untuk bisa menjangkau audiens sesuai pangsa pasar yang dibidik.

Saat ini tim Agate Studio mencapai 80 orang. Kantor pusatnya berada di Bandung, sedangkan beberapa kantor cabangnya tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Kuala Lumpur, dan Singapura. Hal ini menunjukkan produktivitas Agate di industri game. Mengingat industri ini semakin berkembang pesat, maka Agate akan terus berjuang dan berusaha untuk bersaing dan berkembang, agar untuk industri game, Indonesia tidak menjadi tamu di negeri sendiri. 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.