Lika-liku dan Sosok Pendiri Mizan Pustaka yang Jarang Diketahui

Lika-liku dan Sosok Pendiri Mizan Pustaka yang Jarang Diketahui

Bitreadpedia--Mungkin tidak semua kalangan muslim akrab dengan nama Haidar Bagir, padahal ia merupakan salah satu tokoh muslim Indonesia yang sudah mendunia.

Bahkan menurut daftar yang dikeluarkan oleh The Royal islamic Stragegic Studiec Centre (RISSC) yang merupakan lembaga internasional nonpemerintahan independen yang berpusat di Yaman.

Ia termasuk ke dalam 5oo tokoh islam paling bepengaruh di dunia selama 11 tahun berturut-turut di tahun 2019 untuk kategori Filantropi, Amal Bakti dan Pembangunan.

Sosok Haidar Bagir dikenal luas di kalangan muslim dunia dikarenakan kontribusinya dalam pencerahan pemikiran islam, yang ia tuangkan dalam buku-bukunya yang sudah berjumlah puluhan, serta dalam bentuk lembaga yang ia di dirikan dan kelola seperti Penerbit Mizan (penerbit), Yayasan Madina Ilmu, Yayasan Lazuardi (pendidikan), dan berbagai macam organisasi dan lembaga lainnya.

Seperti ketua Yayasan Manusia Indonesia (YASMIN) yang merupakan lembaga sosial untuk menyantuni kaum dhuafa, kordinator regional international society of Islamic Philosofy untuk wilayah Indonesia, Australia dan Selandia Baru, dan berbagai macam organisasi dan yayasan lainnya.

Semuanya memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas pendidikan, pemikiran serta kesejahteraan tidak hanya untuk kalangan muslim. Melainkan masyarakat secara umum. Sungguh seorang tokoh yang produktivitasnya tampak tidak pernah memudar seiring dengan berjalannya waktu.

Tonggak Berdirinya Mizan

Haidar Bagir lahir di Solo tanggal 20 Februari 1957, selulusnya dari sekolah menengah atas, Haidar kemudian memilih untuk melanjutkan studi di ITB dengan mengambil jurusan teknik industri pada tahun 1976.

Di Kampus inilah Haidar muda mulai merintis bisnis penerbitan buku Mizan Kala itu, Haidar muda aktif di berbagai gerakan Islam kampus. Salah satunya unit yang mempengaruhinya untuk merintis penerbitan adalah pustaka Masjid Salman ITB.

Di Perpustakaan yang tergolong salah satu yang termaju pada zaman inilah ia mulai menunjukan ketertarikan dan kekagumannya akan berbagai kajian islam luar yang ada di perpustakaan Masjid Salman tersebut.

Pada masa inilah Haidar mulai mendalami segala hal terkait seluk beluk penerbitan, dan percetakan buku. Sejak awal memang Haidar sudah berniat menjadi pengusaha dan sama sekali tidak berpikir untuk bekerja dengan orang lain, dengan bantuan sang paman, Haidar kemudian mendapat modal tak kurang dari 40 juta rupiah.

Dan pada tanggal 7 Maret 1983, ia resmi mendirikan dan memulai usaha penerbitan Mizan. Momen terbitnya mizan, sangat didukung dengan mulai masuknya kelas menengah baru yang masuk pada kantor-kantor pemerintahan swasta dan pemerintahan yang membutuhkan buku-buku bacaan Islam dengan desain yang menarik, serta topik-topik moderen dan mampu menjawab tantangan.

Penerbit buku-buku sebelum mizan lebih banyak berkutat pada kajian Islam klasik seputar masalah fiqih, dengan desain yang kurang menarik. Kelahiran Mizan pada masa itu seakan menjawab persoalan itu. Pada awalnya publikasi Mizan Pustaka adalah buku-buku terjemahan karya pemikir terkemuka.

Namun kemudian berkembang menjadi penerbit dengan basis luas dengan menerbitkan genre fiksi, kesehatan, buku bisnis, buku anak-anak, referensi, agama dan nonfiksi populer.

 Kini Mizan pustaka yang pada awalnya hanya menerbitkan tiga buku perbulan, telah tumbuh menjadi salah satu penerbit terkemuka di Indonesia dengan memproduksi total sekitar 600 buku pertahun dan berhasil menerbitkan berbagai karya laris.

Mizan juga berkembang tak melulu bergerak di bidang penerbitan buku, Mizan pustaka telah berkembang menjadi Mizan Publika Group dengan berbagai anak usaha. Berbagai lini bisnis yang menjadi garapan mizan telah berkembang menjadi beberapa lini, penerbitan, distribusi, percetakan dan new media.

Mizan juga memiliki lini bisnis Mizan Production yang khusus memproduksi film dan acara televisi, beberapa film-film sukses antara lain Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Endensor, Garuda di Dadaku, Perahu Kertas, Mencari Hilal dan lain-lain.

Bagi Haidar sendiri, berdirinya Mizan tidak hanya berkaitan dengan bisnis semata, melainkan sarana untuk menampun idealisme dan passionnya. Sosok yang menyelesaikan pendidikan master di Pusat Studi Timur Tengah di Harvard University di tahun 1992, serta meraih gelar S3 Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia ini menilai bahwa kesuksesan komersial dan profit bukan menjadi prioritas pertama dalam hidupnya.

Baginya, bagaimana kita bisa berdakwah serta menebar kebaikan bagi masyarkat umum adalah hal yang paling utama. Tentu saja menurutnya agar kita bisa menjadi orang seperti itu, kita mesti berkecukupan secara materi, dan berkecukupan secara materi bisa diraih dengan berbisnis sesuai cita dan semangat yang dimilikinya.


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.